YOUR LUCKY NUMBER

Sabtu, 18 Februari 2012

Sumpit Dayak Lebih Mematikan Daripada Senjata Api




Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. 

Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak yang diterjang peluru loh, kenapa bisa?

Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.



"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah ini.

Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba. 


"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.

Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana. 

Bangga kan sekarang dengan budaya asli indonesia? tentu :)



Greeting!



Howdy 2012!!!~ 

eh kayaknya udah basi banget kalo misalnya gue bilang seperti ini sekarang  --" 


Yap sudah satu bulan lewat gue gak pernah mampir disini untuk sekedar "iseng" nulis-nulis dan ngeshare info apapun heheu..


Sebelumnya gue kira jika gue ga pernah nulis-nulis lagi disini nantinya akan berdampak pada kalian semua, yap teman-teman gue yang menyempatkan diri dateng kesini untuk melihat-lihat tulisan maupun copas'an gue berkurang


Gue sedikit kaget ternyata kejadian nya gak seperti hal yang di atas tadi, ternyata jumlah teman yang mampir disini makin banyak, bahkan melebihi dari yang gue duga sebelum nya.. Its awsome guys!! you are cool!! thanks.. 


Makasih yang masih nyempetin diri walau hanya sebentar buat buka-buka blog gue, itu sangat menyentuh dan gue sangat menghargainya :)


Well apa yang akan gue lakukan setelah ini? I dont know --", i dont have any plan to do~


Mungkin gue akan aktif buat ngeblog disini jika gue sudah selesai dengan semua urusan gue di kelas XII SMA ini :/ MUNGKIN..


Banyak kegiatan yang menyita waktu di sekolah, itulah derita yang pasti dialami oleh semua anak kelas 6,9, dan 12 sekarang ini..


Sepintas ingin rasanya kembali ke masa-masa ketika kelas 11 dulu, disitulah kami, "kelas gue" mencari jati diri dan membentuk karakter kelas, disitu juga banyak hal-hal yang sudah terjadi, mulai dari yang positif hingga yang negatif, namun sayang rasanya jika kita hanya terus mengingat dan bergantung kepada masa lalu saja bukan? gue gak akan mau jika memang ada kesempatan buat kembali ke masa kelas 11 itu, karena apa? takdir gue bukanlah mengarah kebelakang sana, tapi terus melangkah kedepan hingga akhirnya akan melewati masa-masa kelas 12 juga, yang artinya LULUS SEKOLAH.. tentu saja ini adalah harapan semua pelajar saat ini yang akan menempuh Ujian Nasional..


mungkin jika ada waktu nanti gue ingin menuangkan semua kejadian yang telah terjadi di waktu gue kelas 11 dulu kesini, tapi yang terpenting sekarang adalah fokus kemasa depan, UN bukanlah penentu kelulusan, jika kita yakin dan rajin pasti kita akan lulus, amin! 


semoga hasil buat seluruh kelas 6,9, dan 12 di indonesia ini nantinya memuaskan, dan satu kata yang nantinya kita akan lihat teman, LULUS


well maaf kalo gue banyak omong dan gak jelas disini :)






see ya next time guys, thanks~