YOUR LUCKY NUMBER

Minggu, 07 Agustus 2011

Bob Sadino: “Semoga Saya Masuk Neraka”


Bob Sadino barangkali sudah banyak yang kenal. Ia pengusaha sukses yang suka berpenampilan nyentrik. Di mana pun dan kapanpun pakaian “kebesarannya” adalah celana pendek di atas lutut. Yang belum banyak diketahui dari tokoh yang akrab dipanggil Om Bob ini adalah kehidupan spiritualnya.

Nah, dalam biografinya “Belajar Goblok dari Bob Sadino” yang diluncurkan tahun lalu, sedikit terkuak kehidupan spiritual pemilik supermarket Kim Chicks ini. Lahir di Tanjung Karang, 9 Maret l933, Lampung, Bob Sadino ternyata seorang Muslim sejak lahir. Tapi ia mengaku, tak mengerti agama dan belum bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim.

Malah, saat ditanya doa apa yang ia panjatkan setiap hari, jawabannya sungguh mengagetkan. “Kalau orang lain berdoa meminta masuk surga, maka saya setiap hari berdoa kepada Tuhan semoga saya masuk neraka!” Entah itu guyonan atau memang ayah dua putri ini benar-benar tak paham agama.

Tapi yang jelas, ia mengaku sudah terlalu banyak berlumur dosa, sehingga malu minta surga kepada Allah. Jawaban pemilik pabrik sosis dan ham, Kim Food, yang kerap diundang dalam berbagai seminar bisnis ini mengingatkan kepada sebuah lagu ciptaan kelompok Band Ungu ‘Aku manusia yang takut neraka, tapi aku juga tak pantas masuk surga.’

Hanya, bukan Bob Sadino bila tidak bisa membalik pertanyaan. “Daripada Anda yang sudah tahu berlumuran dosa, tapi tetap ngotot mau masuk surga,” sambung Bob, “apakah Anda tidak malu sama Tuhan? Terus berbuat dosa dan maksiat, tapi tetap minta masuk surga. Mending saya dong.

Menurut anak seorang guru ini, “Lebih baik Anda memperbaiki hidup Anda, jangan lagi berbuat terlalu banyak dosa dan perbanyak berbuat baik pada orang lain. Tanpa minta masuk surga pun, Tuhan pasti akan menempatkan Anda ke sana” Nah, bagaimana?

Bob Sadino mengaku beragama Islam sejak dilahirkan. Tapi, hingga 1982 ia sama sekali tidak mengerti agama dan tidak juga menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim. Selama puluhan tahun, ia tenggelam dalam urusan duniawi yang sangat melelahkan dan menguras tenaga serta pikirannya. Meski itu sangat dinikmatinya. Hingga pada suatu hari...

Pa, aku kok tidak pernah melihat Papa shalat?” pertanyaan itu keluar dari mulut putri pertamanya, pada pertengahan 1982. Pertanyaan anaknya itu bagai petir di siang bolong. Menggelegar. Jiwa Bob langsung bergetar dan terus memikirkan isi kata-kata putrinya itu. Gelisah, resah, dan banyak lagi perasaan lain ketika itu. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena Bob memang selalu menghadapi berbagai masalah dengan senang dan enteng.
Maka sehari setelah pertanyaan anaknya, giliran Bob yang memberikan pertanyaan. Bukan kepada putrinya, melainkan kepada sang istri, ”Bu..mau berangkat ke Mekah nggak? Umroh yuk...!
Sang istri kaget bukan kepalang. Ia tidak mengira sama sekali, suami yang dikenalnya selama puluhan tahun mengajukan pertanyaan dan ajakan semacam itu. Apa jawaban sang istri?
Tentu saja jawabannya ’iya’, karena tidak lama kemudian mereka berangkat ke Mekah untuk umrah. Padahal, saat itu Bob sama sekali belum mengerti tata cara ritual Islam tersebut. Bahkan Bob mengaku tidak bisa gerakan shalat dan tidak hafal satu surat al-Qur’an, termasuk surat al-Fatihah yang harus dibaca setiap shalat. Ketika sudah berada di depan Ka’bah, Bob hanya bisa tersenyum tanpa melakukan apapun karena memang tidak bisa. Tanpa membaca surat apapun karena tidak ada yang dihafalnya.
Saya sudah berusaha menghafal al-Fatihah, tapi sulitnya minta ampun. Tidak bisa sama sekali,” ceritanya, ”Ya sudah di depan Ka’bah saya hanya tersenyum saja.” Bob mengaku, peristiwa itu sangat luar biasa. Ia yang merasa penuh dosa dan tidak pernah melaksanakan perintah Allah, tetap mendapat panggilan Allah ke tempat suci Mekah.”Perasaan itu muncul ketika berada di depan Ka’bah, makanya saya hanya tersenyum saja,” katanya.
Aneh bin ajaib, besoknya setelah berjumpa dengan Ka’bah, Bob bisa menghafal al-Fatihah dan langsung lancar shalat. ”Luar biasa, setelah tersenyum di depan Ka’bah, semua menjadi lebih mudah.
Setahun kemudian, Bob dan istri meneruskan ibadahnya melaksanakan ibadah haji. Meski sudah haji, sepulang dari Mekah Bob tetap saja Bob Sadino, yang selalu berpenampilan seadanya, santai dan cuek. Ke manapun pergi, ia tetap dengan pakaian ’kebesarannya’: celana jean cekak di atas atas lutut. Tentu saja auratnya jadi kelihatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan buat Kasih Komentar nya ya